Minggu, 27 November 2011

CINTA ABADI

by : Jaan
"Ibu, boleh aku bertanya padamu," tanyaku pada ibuku.
Ibu lantas menjawab, "Boleh anakku, tanyalah semua hal yang mau kautanyakan."
"Ibu, siapa cinta pertama dan abadi Ibu?" Aku tertawa dalam hati, pasti ibu menjawab ayahku, memang siapa lagi yang dia cintai...

Dan dengan wajah sedikit tersenyum ibu menjawab, "Anakku, cinta pertama Ibu adalah Dia yang selalu menjaga Ibu, menemani Ibu, yang tidak pernah meninggalkan Ibu walaupun seluruh dunia meninggalkan Ibu, Dialah yang selalu ada saat Ibu menanti malam dan menanti siang, yang selalu bisa membahagiakan Ibu, yang tahu hal terbaik untuk Ibu lebih dari Ibu sendiri."
Lantas aku berfikir, ’Apakah yang Ibu maksud Ayah?’ Semakin binggung aku dibuatnya dan aku pun bertanya, "Apakah itu Ayah, Bu?"
Ibu pun menjawab dengan senyum yang semakin lebar, "Bukan."
Dan aku malah bingung, bagaimana bisa ibu tidak memilih ayah sebagai cinta pertama dan abadinya.
Ibu pun melanjutkan perkataannya, "Sepanjang hidup Ibu, Ibu hanya ingin bersamaNya, mati pun Ibu ingin denganNya, saat tua nanti jika Ibu mulai pikun satu yang tak ingin ibu lupakan adalah Dia, karena ibu begitu takut dan begitu sakit jika lupa denganNya, ibu hanya ingin menikmati indahNya."
"Ibu, aku mulai bingung, jika bukan ayah lalu siapa?"
Ibu pun mulai diam dan menundukkan kepala. "Anakku, maafkan ibu jika cinta pertama dan abadi ibu bukan ayahmu. Ibu tidak bisa mencintai ayahmu lebih dari rasa cinta ibu padaNya. Ibu tidak bisa menghianatiNya ataupun menduakanNya. Cinta ayahmu adalah cinta sesaat dan cinta padaNya adalah cinta abadi." Ibu mulai menangis.
Aku pun memeluk ibu, aku tak menyangka jika ibu mencintai orang lain dan pertanyaanku yang konyol ini menjadikan air mata yang seharusnya tidak jatuh dari mata ibu sekarang jatuh dengan derasnya. Sekarang ibu menangis di pelukanku, dan samar-samar aku mendengar ibu berkata, "Aku amat merindukanNya. Aku hampir mati karena mencintaiNya."
Semakin kencang kupeluk ibu, dan dalam hati biarlah rahasia ini akan kupendam dalam diamku, dan aku tak akan menyakiti ayah karena jika ayah tahu bahwa ibu memiliki cinta yang lain, itu dapat menghancurkan hati ayah. Ibu masih menangis dan aku pun larut dalam air mata ibu.
"Ibu maafkan aku karena membuatmu ingat denganNya, membuatmu merasa bersalah, maafkan aku, Ibu."
Lalu ibu berhenti menangis dan menggenggam wajahku dan berkata, "Salah anakku, jika kau merasa bersalah, karena cinta abadi dan pertama bagi ibu adalah ALLAH. Dialah yang selalu menjaga ibu dan kau, dan ingatlah hanya ALLAH yang tidak akan pernah meninggalkan kita dan tidak akan pernah ingkar atas janjiNya."
Aku pun mulai mengerti mengapa ibu menangis. Dan aku pun tersenyum karena ibu telah mengajarkan padaku bahwa aku tidak akan sendiri karena Allah selalu ada dan selalu mengawasiku.
Terima kasih Allah, karena aku tak akan pernah kecewa saat menggantungkan semua hal kepada-Mu...
UntukMu yang tercinta, Allah..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar