Jumat, 28 Oktober 2011

Reformasi

REFORMASI ANGKUTAN UMUM DI YOGYAKARTA

A.Latar Belakang

Transportasi darat merupakan salah satu sektor teknologi yang terus mengalami perkembangan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah dan jenis kendaraan yang semakin banyak dan arus lalu lintas yang dari hari ke hari semakin padat. Inovasi dalam bidang ini berjalan terus-menerus seiring dengan kebutuhan manusia akan daya jangkau dan jelajah yang semakin besar. Akan tetapi di sisi lain, apabila tidak ditangani dengan baik tekhnologi ini dapat berubah menjadi mesin pembunuh yang sangat berbahaya. Pernyataan diatas tidak berlebihan. Menurut data Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Departemen Perhubungan, rata-rata korban meninggal dunia dalam 1 tahun sejumlah 10.696 jiwa atau setiap harinya lebih dari 20 keluarga yang harus kehilangan anggota keluarganya.

Sebagaimana kita ketahui faktor human error merupakan penyebab utama terjadinya kecelakaan. Manusia disini memang identik dengan pengemudi, tetapi sebenarnya termasuk juga di dalamnya penumpang, pejalan kaki, pedagang, polisi, pemborong jalan sampai pemerintah. Selain itu faktor jalan, kendaraan, cuaca, peraturan dan lingkungan juga merupakan faktor-faktor penyebab kecelakaan.

Banyak sekali solusi yang dapat dilakukan untuk menghadapi masalah tersebut, salah satunya adalah dengan angkutan umum.

B.SEJARAH ANGKUTAN UMUM

Ide awal penyediaan pengangkutan publik – khususnya di darat – sebenarnya telah dimulai sekitar 300 tahun yang lalu, ketika Pascal (Perancis) mulai mengoperasikan gerbong untuk penumpang yang ditarik kuda di Kota Paris pada tahun 1662. Pada tahun 1829, Inggris mulai mengenalkan sistem transportasi massa pertamanya, yakni dengan munculnya Omni Bus ( Kendaraan untuk semua) oleh George Shillibeer dikota London pada 1829. Omni Bus adalah kendaraan mirip gerbong beroda besar dengan pintu masuk di belakang. Jumlah kursinya 18 hingga 20 yang ditata sejajar dan berhadap-hadapan. Model Omni Bus ini kemudian menyebar ke kota besar lain, seperti New Yorkdan Paris pada tahun 1830-an. Pada tahun yang sama, George Stephenson meluncurkan kereta api uap yang pertama di Inggris dengan rute Liverpool Manchester. Perkembangan omni bus berikutnya adalah omni bus susun (double decker). Omni bus inilah embrio pertama lahirnya bus bermotor seperti yang dikenal sekarang.

Di Yogyakarta sendiri, angkutan umum ini telah muncul pada awal tahun 1970an. dimulai dengan munculnyaCOLT KAMPUS, yang dikelola oleh Dema (Dewan Mahasiswa) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Hal ini dilatarbelakangi oleh semakin derasnya mahasiswa dari luar Yogyakarta yang menuntut ilmu di UGM, yang secara langsung akan membutuhkan sarana angkutan yang murah dan efektif. ”Colt Kampus” ini belum diatur secara legal oleh pemerintah, sehingga masih menggunakan plat hitam dengan moda kendaraan bermerk ”Colt” dan mampu menampung hingga 10 penumpang.Seiring dengan perkembangan Yogyakarta sebagai Kota Pelajar dan Mahasiswa, permintaan penumpang pun menjadi semakin bertambah secara signifikan. Pada awal 80-an, lahirlah sebuah koperasi angkutan umum perkotaan (KOPATA) yang dikelola dengan lebih profesional, diatur secara resmi oleh pemerintah melalui ijin trayek, menggunakan bus berukuran sedang dan berplat kuning.

  1. KEADAAN ANGKUTAN UMUM MASA KINI

Lahirnya koperasi ini kemudian diikuti oleh koperasi-koperasi angkutan perkotaan lainnya, seperti Aspada, Puskopkar, dan Kobutri. Pemerintah juga berupaya membangun jalur-jalur perintis (jalur-jalur di luar kota) dengan membuat Perusahaan Umum, yakni DAMRI. Dari sisi optimalisasi jalur, konsep jalur pada masa itu belum terprogram dan tertata dengan baik, sehingga mekanisme penetapan jalur lebih banyak ditentukan oleh masing-masing koperasi. Penentuan jalur banyak mengalami disorientasi dari sisipassenger demand, sehingga berakibat pada inefisiensi jalur, seperti yang banyak terlihat di masa sekarang; jalur yang ada memiliki kecenderungan berputar-putar dan sering terjadioverlap. Jumlah armada angkutan umum perkotaan juga mengalami kenaikan yang luar biasa dan terkesan tidak terkontrol. Akibatnya dapat dirasakan pada masa kini, ketika tidak terjadi keseimbangansupply dandemand, yakni antara jumlah armada angkutan umum dengan jumlah penumpang.

D.Melihat perkembangan sejarah angkutan umum seperti yang telah dipaparkan di atas, terlihat bahwa angkutan umum muncul karena efek kongesti lalu lintas, yang bila diaktualisasikan di masa sekarang dapat berupa 5 (lima) penyakit transportasi, yakni kemacetan, kesemrawutan, polusi (udara dan kebisingan), kecelakaan dan biaya tinggi. Kini, di negara-negara maju, angkutan umum menjadi bagian tak terpisahkan dari konsep pengembangan tata perkotaan yang pesat. Angkutan umum menjadi salah satuhigh priority dan kebutuhan penting dalam skema urban grand design, karena mereka telah belajar dari pengalaman di tahun 20-an ketika booming mobil pribadi telah meluluhlantakkan aksesibilitas dan lalu lintas masyarakat, yang pada akhirnya akan berefek pada high social cost berupa kerugian-kerugian akibat hilangnya waktu perjalanan akibat kemacetan, polusi udara, kebisingan, turunnya produktivitas, timbulnya stres dan lain-lainnya.

Fenomena yang umum terjadi di kota-kota di Indonesia, kendaraan umum ukurannya kecil akan tetapi berjumlah sangat banyak, tidak seimbang dengan jumlah penggunanya. Transportasi umum lebih dititikberatkan pada kepentingan bisnis, tanpa memperhatikan aspek-aspek lain, termasuk kepentingan dan keselamatan masyarakat selaku konsumen. Di satu sisi, pemberian izin trayek merupakan kesempatan bagi para pejabat untuk mendapatkan pemasukan, di sisi lain, pemberian izin trayek juga memberikan kesempatan menerapkan kebijakan populis yang mampu memberikan lapangan pekerjaan bagi banyak orang. Namun, akibat dari kebijakan itu hamper tidak pernah diperhitungkan. Yakni, jumlah kendaraan kecil yang begitu banyak sehingga akhirnya menjadi biang kemacetan dan kepadatan arus lalu lintas.

E.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar